“Pak Guru, kapan sekolah seperti biasa (normal) lagi?”, pertanyaan seperti ini sering saya jumpai, baik Ketika berpapasan dengan orang tua siswa di jalan ataupun via Whatsapp. Semua berawal dari pandemi, pandemi ini menjadi hal yang paling banyak diberitakan di tahun 2020 ini, termasuk dampaknya pada sejumlah sektor. Termasuk anak-anak yang akhirnya harus merasakan sekolah di rumah atau pembelajaran jarak jauh.
Bukan hanya di daerah Jawa Barat saja yang menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh, hampir semua daerah di pulau Jawa pun menerapkan kebijakan ini. Kebijakan ini membuat belajar yang sebelumnya bertahap muka kemudian dilakukan melalui daring atau online. Dalam surat edaran No 4 tahun 2020, Mendikbud, Nadiem Makarim menyebutkan belajar dari rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna untuk siswa.
Kebijakan ini bukan hanya merepotkan orang tua peserta didik, pendidik pun kerepotan karena menyiapkan metode pembelajaran daring yang notabene baru dialami oleh pendidik. Apalagi belajar daring memerlukan jaringan dan data yang stabil.
Setelah hampir enam bulan belajar daring, bukan hanya kerepotan yang dialami oleh orang tua dan peserta didik, kebosanan pun dirasakan oleh orang tua dan peserta didik. Terlihat dari mulai berkurangnya tugas yang dikumpulkan oleh peserta didik, bahkan ada peserta didik yang sama sekali tidak mengumpulkan tugasnya. Belajar daring juga membuat peserta didik menyepelekan pembelajaran yang diberikan oleh pendidik.
Upaya yang harus dilakukan oleh pendidik dan orang tua adalah bekerjasama membangun kembali karakter peserta didik, sehingga peserta didik kembali bersemangat mengikuti pembelajaran daring.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting di dunia. Orang-orang perlu belajar dengan giat dan mempelajari segala sesuatu dalam dunia pendidikan agar dapat membangun negaranya menjadi negara yang maju.
Pada masa pandemi ini, memang tidak dapat dipungkiri jika pendidikan dianggap hal yang tidak penting oleh peserta didik karena merasa bosan selama hampir enam bulan belajar di rumah padahal sudah diawasi dengan ketat oleh orang tua.
Sementara itu, pendidik pun merasa kebingungan karena tidak bisa mengawasi langsung ketika sedang melakukan pembelajaran daring, proses pembelajaran seperti ini membuat pendidik tidak dapat mengenali karakter peserta didik, apalagi ada peserta didik baru dan dimulainya pembelajaran tahun ajaran 2020/2021.
Dalam bukunya, Agustina Soebachman (2014:20-21) menjelaskan, “mengajar dan mendidik peserta didik yang berusi remaja memang gampang-gampang susah, oleh karena itu pendidik harus pandai-pandai membawakan diri, bersikap tegas, berwibawa, dan bersahabat. Adanya komunikasi dan hubungan yang harmonis diantara pendidik dan peserta didik, akan ada upaya saling melengkapi, saling memberi dan menerima. Sebab bila tidak, target pendidikan yang dicanangkan tak akan pernah bisa tercapai dengan baik”.
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa menjadi seorang pendidik harus pandai untuk berinovasi, merancang perencanaan pembelajaran yang membuat peserta didik tertarik mengikuti pembelajaran. Seperti membuat kuis-kuis mencari kata di https://wordsearchlabs.com/ atau teka-teki silang di https://crosswordlabs.com/ juga membuat peserta didik menemukan hal yang baru dalam pembelajaran.
Upaya pendidik dalam merancang pembelajaran yang menarik tentunya harus dibarengi dengan komitmen orang tua dalam mendidik peserta didik. Jadi pendidik dan orang tua harus bekerja sama dalam memantau pembelajaran peserta didik.
Dengan adanya inovasi perencanaan pembelajaran juga kerjasama antara pendidik dan orang tua peserta didik, pasti pembelajaran daring di rumah pun akan terasa lebih menyenangkan dan membuat peserta didik semangat dalam mengikuti pembelajaran daring. Hal ini karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab pendidik saja, tetapi tanggung jawab kita bersama selaku pendidik dan orang tua untuk mendidik generasi yang lebih baik. ***Nurhidayat, S.Kom.