Kabupaten Kuningan salah satu kota terbesar di Jawa Barat. Penduduk aslinya menyebar se antero Ibu Kota Jakarta untuk bekerja. Namun siapa yang tahu sejarah Kabupaten Kuningan? Berikut ulasannya dari masa pra sejarah hingga masuk Hindu dan Islam, dan akhirnya menjadi salah salah satu Kabupaten di Jawa Barat.
Kabupaten Kuningan termasuk kawasan dataran tinggi, salah satunya kawasan Gunung Ceremai (3.078 m). Kuningan dekat dengan Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon dan Bandung.
Dilansir dari Pemkab Kuningan, Kira-kira 3500 tahun sebelum masehi, tanda-tanda yang memberitahukan bahwa di Kuningan sudah ada pemukiman masyarakat yang sudah mencapai tingkat kebudayaan yang relatif sudah maju. hal ini berdasarkan atas hasil peninggalannya yang ditemukan di wilayah Kuningan.
Pada tanggal 22 Juli 1175 Masehi Kuningan dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Sunda dibawah Rakean Darmasiksa putra ke-12 Rahiang Banga. Setelah bertahta selama 12 tahun di Saunggalah, kemudian keraton dipindahkan oleh Rakean Darmasiksa ke Pakuan Pajajaran.
Selanjutnya Kuningan merupakan bagian dari Kerajaan Pajajaran dan namanya berganti menjadi Kajene yang ada dibawah kekuasaan Aria Kamuning. Kajene artinya “kuning” atau “emas”.
Berikut Kepala Pemerintahan Kuningan:
Zaman Hindu
Seuweukarma.
Sanjaya.
Rahiang Tamperan.
Rahiang Banga.
Rakean Darmasiksa.
Aria Kamuning.
Zaman Islam
Aria Kamuning.
Sang Adipati Kuningan.
Geusan Ulun.
Dalem Mangkubumi.
Zaman Belanda
R. Brata Adiningrat.
Doejeh Brataamidjaja.
R. Dali Soerjanataatmadja.
R. Moch. Achmad.
R. Umar Said.
Zaman Jepang
R. Umar Said.
Zaman Kemerdekaan
R. Asikin Niti Admadja.
R. Asikin Joedadibrata.
R. Hollan Soekmadiningrat.
R. Abdoel Rifai.
Tahun 1950 hingga kini
R. Noer Armadibrata.
R. Moch. Hafil.
R. Tikok Moch. Ichlas.
R. Soemitra.
Tb. Amin Abdulah.
Saleh Alibasah.
Usman Djatikusumah.
Rd. Komar Suryaatmadja.
S. Soemintaatmadja.
Aruman Wirananggapathi.
Karli Akbar.
R. H. Unang Sunardjo, S.H.
Drs. H. Moch. Djufri Pringadi.
Drs. H. Subandi.
H. Yeng Ds. Partawinata, SH.
Drs. H. Arifin Setiamihardja, MM.
H. Aang Hamid Suganda, S.Sos (Bupati);
Drs. H. Aan Suharso, Msi. (Wakil Bupati).
H. Aang Hamid Suganda, S.Sos (Bupati);
Drs. H. Momon Rochmana, MM (Wakil Bupati).
Hj.Utje Choeriah Hamid Suganda, S.Sos,.M.AP (Bupati)
H. Acep Purnama, SH, MH (Wakil Bupati).
H. Acep Purnama,SH,.MH (Bupati).
Dede Sembada, St (Wakil Bupati).
H. Acep Purnama,SH,.MH (Bupati).
Muhammad Ridho Suganda, SH., M.Si.(Wakil Bupati)
Kuningan menjadi tempat dilaksanakannya Perundingan Linggarjati pada bulan November 1946. Karena tidak memungkinkan perundingan dilakukan di Jakarta maupun di Yogyakarta (ibu kota sementara RI), maka diambil jalan tengah jika perjanjian diadakan di Linggarjati, Kuningan.
Hari Minggu pada tanggal 10 November 1946 Lord Killearn tiba di Cirebon. Ia berangkat dari Jakarta menumpang kapal fregat Inggris H.M.S. Veryan Bay. Ia tidak berkeberatan menginap di Hotel Linggarjati yang sekaligus menjadi tempat perundingan.
Delegasi Belanda berangkat dari Jakarta dengan menumpang kapal terbang “Catalina” yang mendarat dan berlabuh di luar Cirebon. Dari “Catalina” mereka pindah ke kapal perang “Banckert” yang kemudian menjadi hotel terapung selama perjanjian berlangsung.
Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir menginap di desa Linggasama, sebuah desa dekat Linggarjati. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta sendiri menginap di kediaman Bupati Kuningan. Kedua delegasi mengadakan perundingan pada tanggal 11-12 November 1946 yang ditengahi oleh Lord Kilearn, penengah berkebangsaan Inggris. (sumber suara jabar.id)